
Jakarta 2008.
Di kamar mayat Rumah Sakit Atmajaya terbujur kaku jenazah Alatas Ameer, korban kecelakaan lalu lintas. Seorang wanita dengan perut membesar Lanfen Fang menangisi raga yang sudah terpisah dari jiwanya tersebut. “Yah..mengapa begitu cepat ayah tinggalkan aku. Bagaimana janin kita Yah?” tanyanya pilu. “Sabar kak Fen, ini ujian dari Allah. Kita pasti kuat menghadapinya. Sabar ya kak. Ikhlaskan bang Ameer pergi. Kita maafkan saja segala kesalahannya dan do’akan semoga semua amal ibadahnya di terima Allah.” kata Liem Fang kakak sulungnya.“Lanfen, aku turut berduka cita atas meninggalnya suamimu,” kata Ai Bing Wen, sahabat kakaknya.
Lanfen Fang terkejut dengan suara yang sangat dikenalnya, dia lah pria pujaannya sebelum dijodohkan oleh almarhum orangtuanya dengan Alatas Ameer pria keturunan Yaman.
“Kak Fen, bukan hanya kak Fen yang sedang berduka. Bang Bing juga kehilangan isteri dan orangtuanya. Mereka juga korban dalam peristiwa naas ini.” kata Liem Fang. Lanfen Fang terkejut dengan kabar yang didengarnya, Ai Bing Wen mantan kekasihnya terlihat begitu tegar dan tenang dalam menghadapi musibah yang menderanya. “Turut berduka cita juga Bang Bing?” kata Lanfen Fang. “Iya Fen. Mereka tewas dalam perjalanan menjemputku ke Bandara. Polisi yang menghubungiku. Karenanya aku langsung kerumah sakit ini.” ujar Ai Bing Wen.
Tiba-tiba Lanfen Fang mengalami konstraksi yang kuat. Lanfen Fang yang usia kandungannya memang sudah memasuki waktu untuk melahirkan, segera dibawa ke ruang bersalin. Wanita ini melahirkan bayi laki-laki yang sehat, sesuai amanat suaminya sebelum meninggal Lanfen Fang memberikan nama Alif Alatas. “Segala sesuatu yang terjadi didunia ini sudah menjadi kehendak yang Maha Kuasa Fen. Bila dirimu tidak keberatan ijinkan aku menjadi ayah dari bayi ini Fen.” Lanfen Fang mengangguk setuju dan tersenyum bahagia. Liem Fang kakak sulungnya lah yang menjadi wali pernikahan mereka.
Tiba-tiba Lanfen Fang mengalami konstraksi yang kuat. Lanfen Fang yang usia kandungannya memang sudah memasuki waktu untuk melahirkan, segera dibawa ke ruang bersalin. Wanita ini melahirkan bayi laki-laki yang sehat, sesuai amanat suaminya sebelum meninggal Lanfen Fang memberikan nama Alif Alatas. “Segala sesuatu yang terjadi didunia ini sudah menjadi kehendak yang Maha Kuasa Fen. Bila dirimu tidak keberatan ijinkan aku menjadi ayah dari bayi ini Fen.” Lanfen Fang mengangguk setuju dan tersenyum bahagia. Liem Fang kakak sulungnya lah yang menjadi wali pernikahan mereka.
Setelah menikah Ai Bing Wen memboyong isterinya ke Gayathy, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Tinggal di Samsung Camp sebuah pemukiman para pekerja kontraktor pemasangan kabel-kabel telekomunikasi yang dihuni oleh keluarga dari berbagai negara ini. Karena posisi Ai Bing Wen sebagai manager dia mendapatkan fasilitas rumah bagi keluarganya.
Waktu begitu cepat berlalu. Hari itu ulang tahun ke empat Alif Alatas. “Yah, boleh kan besok aku pergi ke Abu Dhabi dengan Meilin tetangga kita ?” kata Lanfen pada suaminya sambil menyuguhkan teh manis kesukaan suaminya. “Dia kan wanita bekerja, Mah. Apa kamu tidak mengganggunya. Tunggu saja bulan depan InsyaAllah sudah banyak waktu luang Mah, ” kata suaminya. “Iya tapi tidak enak tiap hari ditagih Alif yah.” “Ah anak-anak. Ayah juga dengar. Ya sudah kalau kamu mau pergi. Kunci mobilnya ayah tinggal ditempat biasa. Biar ayah naik bis saja ketempat kerjanya.” kata suaminya “Jangan Yah. Kita berencana naik bis saja dari sini.” “Bawa saja mobil ayah. Alif kan tahu sendiri. Nanti ketinggalan bis malah susah.” “Terimakasih ya, Yah. Mamah makin sayang deh sama ayah” “Ah mamah ini. Ini kunci mobilnya. Hati-hati ya Mah. Jangan lupa bawa passport kalian berdua.”
Waktu begitu cepat berlalu. Hari itu ulang tahun ke empat Alif Alatas. “Yah, boleh kan besok aku pergi ke Abu Dhabi dengan Meilin tetangga kita ?” kata Lanfen pada suaminya sambil menyuguhkan teh manis kesukaan suaminya. “Dia kan wanita bekerja, Mah. Apa kamu tidak mengganggunya. Tunggu saja bulan depan InsyaAllah sudah banyak waktu luang Mah, ” kata suaminya. “Iya tapi tidak enak tiap hari ditagih Alif yah.” “Ah anak-anak. Ayah juga dengar. Ya sudah kalau kamu mau pergi. Kunci mobilnya ayah tinggal ditempat biasa. Biar ayah naik bis saja ketempat kerjanya.” kata suaminya “Jangan Yah. Kita berencana naik bis saja dari sini.” “Bawa saja mobil ayah. Alif kan tahu sendiri. Nanti ketinggalan bis malah susah.” “Terimakasih ya, Yah. Mamah makin sayang deh sama ayah” “Ah mamah ini. Ini kunci mobilnya. Hati-hati ya Mah. Jangan lupa bawa passport kalian berdua.”
Besoknya Lanfen Fang, Alif Alatas dan Meilin pergi ke Marina Mall - Abu Dhabi. Alif Alatas betul – betul bahagia bermain di Fun City. Balita ini mengamuk ketika mamahnya mengajaknya pulang. Bersusah payah Lanfen Fang merayunya, “ Iya nanti sama ayah kita ke sini lagi ya sayang. Sekarang kita pulang. Tante Meilin harus kerja besok paginya. Sekarang kita pulang dulu ya.” “TIDAK! Mamah TIDAK ! Aku tidak mau pulang !” kata Alif sambil menjerit-jerit.
Kegaduhan Alif Alatas mengundang kecurigaan dua petugas keamanan. Mereka datang menghampiri ibu dan anak ini. Lanfen dibuat bingung. Meilin sudah menjelaskan kalau Alif Alatas adalah putera Lanfen Fang. Tapi petugas kemananan itu menuduh Lanfen telah menganiaya anak majikannya. Lanfen Fang wanita berwajah oriental ini dikira wanita Filipina yang bertugas mengasuh Alif Alatas yang memang berwajah Arab.
Meilin berusaha menjelaskannya. Tapi petugas mall tidak bisa begitu saja percaya. Lanfen menunjukkan passportnya dan anaknya. Barulah petugas tersebut mempercayainya.
“Aduh drama apa lagi ya setelah ini?” sindir Meilin.
“Untung saja ada kak Meilin. Kalau pergi berdua dengan Alif. Tidak tahu gimana nanti jadinya.” Kata Lanfen.
“Repot juga ternyata punya anak berwajah tampan. Mamahnya dikira pengasuhnya..ha ha ha “ kata Meilin sambil tertawa.
“Nasib kak. Wajah pasaran seperti saya memang cocoknya jadi te ka we…he he hee.” Sahut Lanfen. Alif Alatas tertidur lelap di kursi belakang. Dia betul-betul kelelahan.
Alhamdulillah mereka sampai di rumah dengan selamat sebelum Ai Bing Wen sampai dirumah.
Sebulan setelah kejadian itu, Ai Bing Wen mendapat cuti. Ia mengajak keluarganya berwisata ke pulau Delma. Pulau ini terletak diwilayah paling barat Abu Dhabi, kepulauan yang berjarak sekitar 40 kilometer dari pelabuhan. Sebuah pulau kecil yang panjangnya hanya 10 kilometer dan lebarnya 5 km.
Dikapal penyebrangan Lanfen Fang mabuk laut. Wanita di sebelahnya memberikan minyak angin. “Thank you,” “ Its ok” Wanita disebelahnya hanya tersenyum. Bibir merah di kulit wajahnya yang putih dengan busana modern menambah cantik penampilannya.
Sampai di darat, diluar perkiraan ternyata Delma tidak seperti gurun pasir. Banyak perkebunan.
Mereka menginap dihotel. Seorang wanita yang memberi minyak angin di kapal Ferri itu menghampiri Lanfen Fang dan suaminnya yang tengah menikmati makan malam.
“Gong Xi Fa Cai !!” “Sing Cung Kyi Hi. She is My wife Lanfen Fang.” jawab Ai Bing Wen seraya memperkenalkan isterinya pada wanita cantik tersebut. Kedua wanita tersebut saling tersenyum lebar. “Oh both of you, knowing each other?” Kata Ai Bing Wen keheranan.
Merekapun terlibat percakapan yang akrab.
Carolisa Fernandez, nama wanita Filipina itu. Wanita ini memberikan Nian Gao dan ampau untuk Alif. Nian Gao, nian yang berarti tahun dan gao yang berarti kue. Kue yang terbuat dari beras ketan dan gula. Tidak ada kecurigaan sama sekali dibenak Lanfen Fang.
Beberapa bulan kemudian, Lanfen Fang hamil anak kedua. Alangkah mengejutkan hasil kesehatannya, ia berpositif menderita HIV. Dokter yang merawatnya meminta suaminya juga untuk mengecek darahnya. Benar saja virus itu ditularkan oleh suaminya. Ai Bing Wen mengakui dia telah khilaf berselingkuh dengan Carolisa Fernandez. “Maaf kan ayah mah. Ayah khilaf,” kata Ai Bing Wen menyesali perbuatannya. “ Nasi sudah jadi bubur yah. Ya sudah kita berobat saja. Tapi jangan ulangin lagi yah,” jawab isterinya berusaha tegar. Tidak mungkin Lanfen Fang meminta cerai dalam kondisi seperti ini, lagipun dia sangat mencintai suaminya. “Ayah janji Mah. Tidak akan terulang. Maafkan ayah Mah.” Lanfen Fang hanya mengangguk sambil mengelus - elus perutnya. Demi anak-anak dan cintanya perempuan ini berusaha berjiwa besar menerima cobaan hidup yang diluar dugaan datangnya.
Saling memaafkan, kasih sayang dan keikhlasan menghadapi ujian. Kesabaran dalam berjuang melawan penyakitnya berbuah manis. Setelah menjalani perawatan. Bayi yang dilahirkannya sehat dan hasil tes HIV juga negative begitupun halnya dengan Lanfen Fang dan Ai Bing Wen.
Gayathy, February 10th 2013