
Dengan semangat
I Gusti Alfredo mendekati wanita yang duduk disudut coffee shop, Danat hotel
tempatnya bekerja. Hotel yang terletak di Jabal Dhanna, teluk bagian
barat 220 km dari kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. “ Good evening Mom, any kind of
drinks or meals you would like to order ?,” sapanya kepada seorang wanita
muda yang tengah asyik menikmati deburan ombak pantai Danat. Alfredo
menyodorkan daftar menu kepada tamunya itu. “ I’d
prefer to have a cup of coffee latte and this kind of cup cake.” Kata
wanita itu sambil menunjuk pada gambar makanan yang dia pesan. “ May I have a light?” Tanya wanita itu sambil
menyelipkan rokok dihimpitan jemari tangan yang berhias kutek merah. Alfredo
menyalakan korek api. Karena desiran angin dipinggir pantai Danat yang lumayan
kencang, korek api itu mati sebelum menyulut rokok. Lalu wanita itupun
meletakkan rokoknya tepat di antara lipatan bibirnya yang bergincu merah.
Alfredo kembali menyulutkan api ke rokok kurus bermentol. Tanpa sengaja posisi
Alfredo yang lebih tinggi dari wanita cantik yang duduk dihadapannya. Sembulan
indah yang menggunung dibalik gaun berdada rendah wanita tersebut memancar
aura indah. Jantung Alfredo berdegup kencang.
Wanita itu
menyadari gelora yang berkecamuk dalam dada Alfredo. Dengan sengaja ia semakin
menggoda pria dihadapannya. Ditumpanginya kaki kanannya diatas kaki kirinya.
Rok mini nya yang ketat semakin terangkat memamerkan kulit dibawahnya. Sungguh
pemandangan yang sangat menggoda. Jantung Alfredo semakin berdebar. Kedua
lututnya turut bergetar. Ahhh…andai wanita didepannya ini adalah Arini, isteri
nya.
“Ehm !” deheman
pria yang mendekati meja itu secara tiba-tiba mengagetkan keduanya. “Hi !
Bruce. ” kata wanita itu dengan sinis kepada pria yang bernama tuan Bruce,
manajer hotel. “ I GUSTI ALFREDO ! ” Tuan Bruce mengeja lencana nama dikemeja
Alfredo. “Do you know her? She is Mr. Kindi Al Burhan's wife. Behave
to her please. ” kata Bruce mengingatkan sikap Alfredo yang tidak pantas
terhadap tamu yang dilayaninya. Tuan Bruce meminta maaf atas kelancangan
karyawannya. Wanita itu hanya menyunggingkan senyum sinis pada kedua pria
dihadapannya.
Alfredo
meninggalkan keduanya dan kembali mengantarkan pesanan wanita itu. “
Terimakasih, ” kata wanita itu. Karena tuan Bruce tidak lagi disana. Alfredro
memberanikan diri untuk bertanya, “Anda bisa
berbahasa Indonesia nyonya?” “Nama saya Ida
Ayu Kenneth. Mendiang mamah saya wanita Bali yang menikah dengan pria
berkebangsaan Amerika. Saya lahir, dibesarkan dan menikah berjumpa dengan Kindi
di Amerika ” cerita wanita yang sepertinya tengah kesepian itu.
Alfredo
mengenali isteri Mr Kindi. Karena setiap akhir pekan, pelanggan tetap
hotel itu sering membawa keluarganya menginap di hotel. Biasanya
isteri tuan Kindi mengenakan Abaya yang elegan berkualitas dan aroma
parfum yang mewah. Baru kali ini Alfredo berjumpa dengan Nyonya Kindi modern
dengan gaun terbuka. Wajar saja Mr. Kindi menikah kembali. Ida Ayu Kenneth wanita sejuta pesona.
Dua tahun
bekerja di Danat Hotel, hotel ini berada di tepi pantai diujung bagian barat
Abu Dhabi. Pantainya tenang biru menawan membuatnya senang bekerja disana.
Danat telah menjadi saksi bisu pertemuannya dengan Arini gadis Jawa, yatim
piatu yang dinikahinya. Kini Arini tinggal bersama ibunda Alfredo di Bali.
Malam itu,
Alfredo bertugas sebagai bell
boy. Salah seorang penghuni
kamar memintanya untuk kekamar meminta beberapa helai handuk. Tanpa curiga
Alfredo menghampiri kamar tersebut. Pintu kamar ternyata tidak dikunci. Pria
itu masuk kamar meletakkan handuk dan beranjak pergi. Suara perempuan menahan
langkahnya untuk tidak keluar dari kamar tersebut.
Dibawah sinar lampu temaram dia
melihat lekukan tubuh wanita tanpa sehelai benang. Ida Ayu Kenneth
meliuk-liukan tubuhnya. Menggoda dan merayu Alfredo dengan tari perut. Bagaikan
kucing yang disodori ikan, Alfredo mendekati ikan. Belum sempat ikan itu disantap. Tiba-tiba
lampu kamar menyala. Sosok pria tinggi besar. Berkumis tebal. Mr Kindi berdiri
di belakang pintu dengan wajah garang. “ If
you can do with your ladies. Why can't I ?” kata Ida Ayu
Kenneth pada suaminya itu. Tanpa banyak bicara. Alfredo di pecat dari
pekerjaannya. I Gusti Alfredo kembali ke keluarganya di Bali.
Tuan Kindi mempunyai pengaruh yang
kuat, nama I GUSTI ALFREDO sudah di black
list di imigrasi baik Dubai maupun Abu Dhabi. Ia tidak
mungkin kembali ke negeri kurma ini lagi. Alfredo yang menjadi pengangguran
tidak patah semangat melihat isterinya yang perutnya semakin membuncit tetap gigih
menjaga warung. Sewaktu isterinya melahirkan. Alfredo lah yang mengganti peran
isterinya di warungnya tersebut.
Arini yang memiliki riwayat penyakit jantung mengalami
perdarahan hebat sewaktu sewaktu melahirkan. Arini dan bayinya tidak tertolong.
I Gusti Alfredo seperti kehilangan semangat hidup. Ia merasa sebagai pria yang
gagal. Kehilangan pekerjaan, kehilangan isteri dan anak. “Mengapa semua ini
terjadi padaku?” Alfredo menangis dibawah air hujan yang membasahi halaman
rumah sakit Sangah hingga Alfredo jatuh pingsan.
Saat sadar ia melihat seorang perempuan dengan tongkat
penyangga kakinya yang yang lumpuh sebelah sibuk memeriksa kondisi pasiennya. Wanita
itu menghampirinya. “Sudah sadar tuan Alfredo?” sapa wanita itu dengan ramah. “Anda
siapa?” “Saya suster Karmila, anda tadi sempat tidak sadarkan diri. Isteri anda
sudah dipindahkan di kamar jenazah. Apa anda sudah siap melihatnya?” kata
suster itu. “Iya. Sus” kata Alfredo sambil memperhatikan gerak langkah wanita
berkaki satu yang cekatan itu. Suster Karmila hanya tersenyum ketika memergoki
tatapan mata aneh Alfredo. “Saya mengalami amputasi tiga tahun yang lalu, karena
kecelakaan. Suami dan anak-anak saya meninggal dalam kecelakaan itu. Alhamdulillah
pihak rumah sakit masih mengijinkan saya untuk berkarya di rumah sakit ini.” Kata
Karmila tegar. Ketegaran Karmila seperti menggertakkan jiwanya yang rapuh. “Apa yang kualami tidak sebanding penderitaannya dengan wanita satu kaki yang merawatku ini. Anggota ragaku masih lengkap, dan aku laki-laki...” kata Alfredo membatin dalam hati. “
Suster Karmila terima kasih.” Kata Alfredo. “Saya tidak kasih apa-apa. Saya
hanya melaksanakan tugas saya sebagai perawat disini.” kata Karmila yang tidak
mengerti maksud ungkapan terimakasih Alfredo. “Suster, apa yang telah anda
berikan dalam pelayanan. Anda menginspirasi saya.
Saya laki-laki normal harus bangkit dari kesedihan ini Sus.” Kata Alfredo. “Syukurlah,
bila anda sudah menemukan jawabannya. Bli I Gusti Alfredo. Bila Allah mencintai
hambanya. Ia akan mengujinya. Bila kita ikhlas dan ridha dengan ujiannya kita
akan mendapatkan berbagai kebaikan dan keberkahan dari ujian tersebut. Akan
tetapi bila kita membenci dan tidak mensyukuri ujian ini. Kita hanya akan mendapatkan
penyesalan yang justeru menghancurkan masa depan kita sendiri. Move on Man !” kata Karmila menyemangati
Alfredo. “Terimakasih Suster Karmila” kata Alfredo sebelum menuju kamar jenazah
mengambil isterinya untuk dibaringkan ketempat peristirahatan terakhir
dikuburan Wanasari, Denpasar.
(Danat, September 2008)