
Telaga ini pernah menjadi saksi
Dimasa lalu
Dua Insan remaja putih abu-abu
Berikrar diatas kasur rumput sejumlah janji
Menambatkan cinta diatas cita
Terpisah untuk beberapa masa
Hingga cita terlaksana
Meraih cinta untuk bahagia
Euforia ujian nasional, meletupkan kebahagiaan kelulusan SMU Tunas Mulia.
" Ratna, apa rencanamu selanjutnya? " tanya Galih yang menyandarkan motor Ninja King hijaunya dibawah pohon akasia yang hijau.
" Aku menunggu dilamar mas Galih saja," jawab Ratna tersipu malu dengan pipi semerah tomat.
Dua remaja ini pun duduk di hamparan rumput dibibir telaga.
" Ratna, aku sungguh-sungguh mencintaimu. Tapi aku takut untuk melamarmu. Karena aku belum mapan."
"Andai aku dari keluarga berada, aku juga pasti meneruskan kuliah. Tapi ayahku hanyalah pedagang kecil. Ibu sudah sering menanyakan niat nya untuk menikahkan aku dengan seseorang mas? " isak Ratna dalam tangisnya.
"Ratna aku akan datang kerumahmu untuk menyatakan kesungguhanku bahwa aku tidak main-main. Asal saja dirimu mau bersabar," tegas Galih memohon pengertian Ratna.
Galih menepati janjinya. Ia datang bertandang kerumah Ratna.
"Pernikahan itu bukan urusan kamu saja Nak. Tapi juga persetujuan orang tuamu. Ayahmu yang harus datang kemari meminta Ratna dari kami. Bukan kamu sendiri," kata bapak Ratna menasehati.
" Jujur pak. Saya belum siap minta ijin pada kedua orangtua saya. Karena saya sudah mengiyakan untuk melanjutkan pendidikan di Australia. Dua tiga minggu lagi saya akan berangkat pak," tutur Galih menjelaskan rencananya.
"Saran bapak, kamu tepati janjimu dengan orangtuamu dulu saja. Masalah Ratna. Kalau jodoh tidak akan kemana." nasehat bapak Ratna pada Galih.
Tidak ada pilihan bagi Ratna selain mengikhlaskan Galih ke negeri kanguru.
Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, Ratna menerima untuk menjadi isteri pria Jepang. Ratna Jumiati mengikuti suaminya, Mr Kimosaki untuk tinggal di negeri sakura. Ternyata pernikahan itu hanyalah kawin kontrak. Ratna yang menjadi korban tsunami Jepang, dikembalikan pada keluarga dalam keadaan tidak bernyawa.
Galih menikahi Ghea, teman kuliahnya. Karier Galih betul-betul melesat. Bukan hanya karena kecerdasannya saja tapi juga koneksi dari orangtua Ghea sebagai petinggi di negeri ini. Sayangnya, rumah tangganya memendam bara. Anak yang hadir dipernikahan mereka bukanlah darah daging Galih. Isterinya berselingkuh dengan supir pribadi mereka. Galih menderita impotensi. Ghea pun harus mendekam dipenjara karena kasus Narkoba dan perjudian.
Selama Ghea dipenjara Galih harus berurusan dengan Debt Collector. Hartapun habis demi membayar hutang-hutang perjudian Ghea. Galih sudah tidak punya apa-apa. Dia kembali ke kampung halamannya. Melamun di bawah pohon akasia yang kini kering kerontang seperti hidup Galih yang hampa.
" Mas Galih....sudahlah belajarlah memaafkan dirimu. Ambil hikmahnya saja!" kata Ratna Jumiati yang duduk berdampingan ditepi bibir telaga. " Aku hancur lebur Ratna." ujar Galih sambil menangis tersedu-sedu.
" Mas Galih dengar...Pertolongan Allah itu sangat dekat. Hanya dengan sabar dan salat. Mas pasti mampu melewati semua ini," bisik Ratna seraya mencium pipi kekasih nya itu dengan penuh kasih sayang. " Ratna, aku merindukanmu ..." kata Galih seraya mencium bibir wanita yang dikasihinya itu.
" Ratna...Ratna ....Ratna......" katanya sambil mencari-cari perempuan itu, tapi yang ditemuinya hanyalah sebuah nisan bertulis Ratna Jumiati.
" Ratna...Ratna ....Ratna......" katanya sambil mencari-cari perempuan itu, tapi yang ditemuinya hanyalah sebuah nisan bertulis Ratna Jumiati.