T I R A I

Gemintang, dalam gelap rasi-rasinya menunjuk arah pelayaran. Cahayanya indah di mega  yang lapang. Angin musim dingin di pantai Sila ujung paling barat Abu Dhabi, UAE yang berbatasan dengan Saudi Arabia. Malam itu angin bertiup dingin dan merasuk tulang. Kristanto, kapten kapal TIRAI dibalik kemudinya  menikmati secangkir teh beraroma jahe.
“ To, jangan melamun saja ! ” suara baritone milik pak Surip mengagetkan lamunannya. 
“ Hem, Bapak. Belum tidur pak? ” tanyanya.
“ Aku buat pisang goreng. Mau? ” tanya pak Surip sambil menawarkan pisang goreng. 
“ Wah ! Cocok ini dengan teh Jahe ku pak. Terimakasih.” kata Kristanto sambil mencicipi pisang goreng  yang berbentuk kipas tersebut. 
“ Enak Pak ! ” puji Kristanto
“ Siapa dulu yang buat. Aku Surip Makmur, The Golden Ship Chef !” katanya sambil membusungkan dadanya dengan bangga. Keahliannya sebagai juru masak memang patut diacungi jempol. 

Kristanto tengah murung, menghadapi perjodohan dikeluarganya. Ibunya menginginkan Kristanto menikah dengan Ratih Maharani, anak kandung orangtua angkatnya. 
“ Saya tidak mencintainya pak, ” keluhnya pada pak Surip. 
“ Nto…ketemu saja belum. Ketemu dulu setelah itu istikarah. Kalau cocok ya lanjut ke pernikahan. Kalau tidak cocok, sampaikan baik-baik. Menikah itu bukan untuk main-main. Dulu aku tidak cinta dengan isteriku. Setelah menikah, dikaruniai anak banyak dan jadi kakek nenek….hehehe, ” katanya sambil terkekeh memamer kan gigi ompongnya. 
“ Jamannya kan sudah berubah pak,” tutur Kristanto jujur.
“ Jaman boleh berubah tapi prinsip memilih pasangan hidup tetap saja empat. Kekayaannya, Kecantikan, Keturunan dan Keyakinannya. Itu saja,” papar pak Surip. 
 Terimakasih pak nasehatnya. Akan saya pertimbangkan, ” jawab Kristanto. 

Pak Surip pun menembangkan lagu-lagu jawa hingga tertidur pulas. Tembangan pak Surip membawa angan Kristanto pada masa kecilnya dahulu. Kristanto adalah anak buruh nelayan miskin. Orangtuanya hanya kuli bayaran dikapal milik pak Broto Yudo, orang terkaya di kampung. 

Bila musim angin barat tiba ayahnya tidak melaut, ibunya membuat kerupuk dari kulit ikan pari. Kristanto anak yang cerdas, ia selalu menjadi juara di sekolahnya. Diusia remaja, ayahnya meninggal dunia. Berkat kebaikan hati sang juragan kapal pak Broto Yudo. Kristanto dan adik-adiknya mendapat bantuan dana untuk tetap bersekolah. Ibunya terus menekuni usaha kerupuk ikan pari. 

Setelah menyelesaikan kuliah ilmu pelayaran ia memutuskan untuk bekerja di tanah Arab. Kristanto bimbang. “ Nak, terimalah Ratih menjadi isterimu. Bapak ingin kau mendidiknya menjadi isteri yang soleha. Bapak percaya kepadamu Nak.” Pesan pak Broto Yudo sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir. Pesan dari orangtua yang sangat berjasa dalam kehidupan dan karier nya itu bagai amanah yang harus  ia laksanakan. Bersedia menjadi suami Ratih, berarti siap untuk dihina oleh perempuan tinggi hati itu.

Sementara di perantauannya, lautan Sila yang terbentang tenang telah menjadi saksi kisah asmaranya dengan Amarta. Seorang tenaga kerja wanita kaburan. Ia lembut dan cantik. Kecantikannya membuat anak sang majikan tergoda padanya. Tiga kali anak majikannya tersebut berusaha melakukan perbuatan asusila. Amarta berhasil melarikan diri. Dalam pelariannya, supir taxi yang berbelas kasihan padanya mengantarnya ke perwakilan negara Amarta berasal. Ternyata tidak banyak menolong. Amarta yang sempat tinggal di penampungan yang penuh sesak dengan kawan seperjuangan. 

Lagi, kecantikannya menjadi bencana baginya. Oknum yang mengaku khilaf, melakukannya atas dasar suka sama suka. Amarta pun secepatnya dipulangkan, segera sebelum tercium media. Setibanya di bandara, Amarta melarikan diri lagi. Membatalkan rencana kepulangannya. Dia pikir dikampung nanti hanya menjadi beban keluarganya saja. “ Percuma aku pulang dengan perut berisi yang akan semakin membesar ini,” Amarta bicara pada dirinya sendiri. 

Ia menghubungi Eugene, wanita Filipina yang dulu bekerja serumah dengannya kini telah menjadi pekerja lepas di sebuah café di megapolitan Dubai. Amarta menumpang hidup bersama nya. Eugene lah yang telah memberikan ramuan untuk menggugurkan kandungannya. 

Himpitan ekonomi dan pergaulan bebas membuatnya terjerumus pada lembah hitam. Eugene dan Amarta  terperosok menjadi wanita prostitusi panggilan. Para klien kupu-kupu malam ini dari buruh pabrik, para supir hingga kapten kapal. Amarta sering dibawa berlayar oleh kapten yang mengencaninya. Hingga suatu hari, kapal syiar itu menepi di perairan Sila. Ditengah asyiknya berpesta-pora dan membakar ikan hasil tangkapan, disanalah Amarta berjumpa dengan Kristanto yang kebetulan bekerja dikapal yang sama TIRAI. 

Pertemuan demi pertemuan menambah keakraban Kristanto dan Amarta. Puncak kedekatan dimalam tahun baru, diatas kapal T I R A I. Mereka tidak sadar apa yang terjadi malam itu. 

Tiga bulan berlalu, Amarta mengaku telah mengandung anak Kristanto. Kristanto menampik pengakuan Amarta. Bukan tidak mungkin kalau benih yang dikandung Amarta adalah anak Kapten Hendrick. Amarta menampiknya. “Mas, kapten Hendrick menderita impotensi sejak lama. Dia sudah tidak bisa ereksi mas. Aku yakin ini anak kita !” bantah Amarta. Sebagai anak buah kapten Hendrick ia tahu siapa atasannya tersebut. Di atas kapal hal-hal pribadi seperti ini bukan lagi tabu tetapi sudah menjadi rahasia umum diantara awak kapal. 

Inilah yang membuatnya gamang berada dipilihan yang sama-sama tidak menyenangkan. Memilih Amarta ataukah Ratih? Amarta bersikukuh untuk memelihara bayi dalam kandungannya. Dia menyadari hidupnya yang penuh dengan nista dan berlumur dosa. Nuraninya sebagai wanita yang ingin kembali kepada kodratnya sebagai perempuan, menjadi isteri dan ibu. Kelembutan Amarta mengingatkan Kristanto pada ibunya yang sangat ia hormati. Kristanto menikahi Amarta. 

Amarta melahirkan anak pertama mereka. Dalam kebahagiaan itu ibunya mengingatkan Kristanto,
“ Nak bagaimana janjimu dengan pak Broto?” kata ibu Kristanto
“ Bu, saya sudah membicarakannya dengan Amarta. Ibu tanya saja padanya,” ujar Kristanto
“ Bagaimana Marta? Apakah engkau akan memberi ijin suamimu untuk menikahi Ratih?” tanya ibu Kristanto kepada menantunya. “ Ibu, saya ikhlas. Kalau memang mbak Ratih bersedia menjadi isteri mas Kris. Tapi apa dia mau berbagi dengan saya?” katanya lirih. 

Amarta mengerti apa yang tengah dihadapi suaminya, dia menyadari dirinya bukanlah wanita suci ketika dinikahi Kristanto. Amarta bertekad untuk bertobat menjadi isteri yang setia pada Kristanto dan ingin suaminya tenang dengan menikahi wanita rujukan orang tua yang telah berjasa padanya. 

Karakter Ratih yang tidak berubah, Ratih Maharani menjadi isteri yang mengintimidasi suaminya. Kesabaran Amarta dalam berpoligami, meluluhkan hati pria ini untuk mengukuhkan cintanya pada Amarta. Bagaimanapun Kristanto berusaha untuk adil pada kedua isterinya sesuai pesan ibunya. 

Ratih tak tahan menahan cemburu. Ia meminta cerai dari Kristanto. Kristanto tak mau menceraikannya. Karena ibundanya tidak menyetujuinya. Sebagai kepala keluarga pantang baginya bercerai. Lama-lama Ratih tidak tahan. Ratih melarikan diri tanpa kabar berita.

Sementara Kristanto kembali ke Sila dengan kapal yang sama TIRAI. Kariernya gemilang. Amarta mengatur uang belanja dengan baik. Sekian lama setelah ibundanya meninggal, Ratih kembali menghubunginya. 
“ Mas ceraikan aku !” pinta Ratih dengan paksa.
“ Aku tidak akan menceraikanmu. ” 
“ Mas kan sudah lama tidak menafkahi aku” 
“ Kamu yang meninggalkan rumah Ratih !” 
“ Mas, ceraikan aku !” 
“ Untuk apa?” tanya Kristanto
“ Menikah dengan Ronald, bosku.”
“ Tidak !” 
“ Mas apa mas tega membiarkan aku terus-terusan berzina dengannya. Kami ingin mengukuhkan cinta kami dalam bentuk pernikahan mas.” 
Bagai disambar petir, ingin Kristanto menampar wanita yang masih menjadi isteri syah nya itu.
“ Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu. Bertobatlah !” hanya itu yang keluar dari mulut Kris, hatinya menangis andai ia tidak punya hutang budi dengan ayah Ratih. 

Ratih meninggalkan suaminya dengan surat cerai palsu. Ia menikah dengan Ronald. Setelah menikah. Ronald memboyong Ratih Maharani ke Abu Dhabi. Disana ia memimpin anak cabang perusahaannya. Malang tidak dapat ditolak. Untung tidak dapat diraih. Ronald tewas ditembak orang tidak dikenal. Ratih sebagai pewaris tunggal polis asuransi mantan suaminya, menjadi wanita kaya raya. Kekayaan yang dapatkannya habis dalam sekejap. Ratih di teror para penagih hutang.  

Kapal TIRAI bersandar di Musafah. Di Masjid Sheikh Zayed, Kristanto Luhur bertemu dengan Ratih Maharani yang sudah bertaubat pada Nya. Kristanto yang memang tidak pernah menceraikan Ratih sudah memaafkannya. Dengan jiwa besar Kristanto menerima Ratih Maharani kembali meniti bahtera rumah tangga. 

Sila, 25/1/2013
Catatan: Nama tokoh dan tempat kejadian hanyalah rekayasa penulis. 
HTML Guestbook is loading comments...

Blog Archive

Koleksi Kisah Fiksi Karya ROSE